Gloeater – mencegah Masalah Gizi stunting dengan obat penambah darah. Stunting merupakan masalah gizi kronis yang disebabkan oleh kekurangan gizi berkepanjangan tiada henti, terutama pada 1000 hari pertama kehidupan, yang dimulai dari konsepsi hingga anak berusia dua tahun. Kondisi ini tidak hanya mempengaruhi tinggi badan anak, tetapi juga perkembangan otak dan sistem imunitas mereka, sehingga berpotensi menimbulkan dampak jangka panjang pada kualitas hidup mereka.
Salah satu faktor penting dalam pencegahan stunting adalah asupan zat besi yang cukup. Zat besi merupakan komponen esensial dalam pembentukan hemoglobin, protein dalam sel darah merah yang bertugas mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Kekurangan zat besi dapat menyebabkan anemia, yang tidak hanya mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan anak, tetapi juga dapat menjadi salah satu penyebab stunting.
Obat penambah darah, yang umumnya mengandung zat besi, folat, dan vitamin B12, berperan penting dalam mencegah anemia dan mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak. Penggunaan obat penambah darah pada ibu hamil dan anak-anak dapat membantu memastikan bahwa mereka mendapatkan cukup zat besi, yang pada gilirannya dapat membantu mencegah stunting. Penggunaan obat penambah darah harus diiringi dengan pendekatan holistik dalam pencegahan stunting, yang mencakup asupan gizi yang seimbang, akses ke air bersih, sanitasi yang baik, dan edukasi kesehatan.
Di negara Indonesia, pemerintah telah mengimplementasikan berbagai program untuk mencegah stunting, termasuk program suplementasi zat besi bagi ibu hamil dan program pemberian makanan tambahan bagi anak-anak. Namun, tantangan masih tetap ada, terutama dalam hal aksesibilitas dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya nutrisi dan kesehatan.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengevaluasi efektivitas obat penambah darah dalam pencegahan stunting dan untuk mengidentifikasi strategi terbaik dalam implementasinya. Kolaborasi antara pemerintah, lembaga kesehatan, dan masyarakat sangat penting untuk memastikan bahwa setiap anak di Indonesia dapat tumbuh dan berkembang tanpa terhambat oleh stunting. Dengan upaya bersama dan komitmen yang kuat, kita dapat mengurangi masalah gizi stunting dan memastikan bahwa generasi mendatang memiliki kesempatan yang lebih baik untuk mencapai potensi mereka secara penuh. Obat penambah darah merupakan salah satu alat alternatif kita untuk mencapai tujuan ini, dan perannya tidak boleh diabaikan dalam perang melawan stunting.
Dilansir dari riset Kemenkes, berdasarkan hasil dari Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), prevalensi stunting di Indonesia pada tahun 2022 adalah 21,6 persen. Angka ini merupakan penurunan dari tahun 2021, dimana prevalensi stunting saat ini berada di 24,4 persen. Meski begitu, angka ini masih cukup tinggi dan pemerintah menargetkan untuk menurunkan angka stunting menjadi 14 persen pada akhir 2024.
Untuk mempercepat penurunan masalah ini, Kemenkes menekankan bahwa posyandu justru menjadi garda terdepan dalam memantau tumbuh kembang anak itu sendiri. Terutama, anak usia balita yang merupakan masa emas dalam tumbuh kembangnya. Melansir dari laman resmi Sehat Negeriku milik Kementerian Kesehatan (Kemenkes), anak balita perlu dipantau pertumbuhannya setiap bulan di posyandu.
Akhirnya ada beberapa kiat yang bisa menjadi referensi pencegahan stunting dengan ikut berpartisipasi di berbagai macam tindakan preventif yang dilaksanakan dengan masih oleh Sehat Negeriku laman media yang edukatif dalam kesehatan milik Kementerian Kesehatan, Kader Sehat Negeriku, yang merupakan bagian dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Indonesia, melakukan berbagai upaya dalam pencegahan stunting yang mencakup Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD).
Untuk remaja putri, ini dilakukan dengan menggalakkan Aksi Bergizi di Sekolah, yang meliputi pemberian TTD mingguan, aktivitas fisik, dan konsumsi makanan bergizi seimbang, kemudian juga tentang pemeriksaan kehamilan dan pemberian makanan tambahan oleh ibu hamil diberikan TTD, menjalani pemeriksaan kehamilan, dan mendapatkan makanan tambahan untuk memastikan gizi dan zat besi yang cukup dan juga upaya pemberian protein hewan di kisaran anak usia 6-24 bulan diberikan makanan tambahan berupa protein hewani, seperti telur, ikan, ayam, daging, dan susu, yang merupakan sumber protein terjangkau dan mudah didapatkan.
Selain itu, Kemenkes juga melakukan pendekatan gizi spesifik yang berkaitan dengan evaluasi dan pendekatan masalah gizi pada sasaran intervensi yang diberikan kepada 1000 Hari Pertama Kehidupan, bayi, anak, remaja putri, calon pengantin, ibu hamil dan ibu melahirkan2. Kegiatan ini dilakukan baik sebelum dan setelah kelahiran untuk mengurangi risiko stunting. Upaya-upaya ini merupakan bagian dari komitmen Kemenkes untuk menurunkan angka stunting di Indonesia dari 24% ke 14% di tahun 2024.
-Mutiara